Saya baru saja menghabiskan beberapa hari bersama Buick terbaru — bukan hanya sekadar mobil ujicoba, tapi semacam teman perjalanan yang ngajak santai. Tujuannya sederhana: cari tahu apakah semua klaim “teknologi canggih” dan “kenyamanan premium” benar-benar terasa saat harian. Hasilnya? Ada yang bikin saya senyum, ada juga yang cuma membuat saya mengangguk, yah, begitulah.
Teknologi yang Bikin Melongo (tapi tetap gampang dipakai)
Kalau bicara teknologi, Buick nggak cuma menaruh layar besar dan berharap kita akan paham sendiri. Infotainment-nya responsif, integrasi Android Auto/Apple CarPlay jalan mulus, dan layout menu cukup intuitif. Saya paling suka fitur head-up display yang menempel di kaca depan — informasi penting muncul tanpa harus menoleh. Adaptive cruise control dan lane keep assist bekerja halus saat macet atau di tol; rasanya seperti ada asisten kecil yang selalu jaga jarak dan arah.
Fitur lain yang sering dianggap “me too” tapi berguna adalah pengisian nirkabel untuk ponsel dan konektivitas Wi-Fi hotspot. Sound system-nya juga enak dipakai untuk playlist sore sambil bosan macet — bass cukup terasa tanpa bikin pecah. Secara keseluruhan, teknologi di dalam Buick terasa modern tapi nggak sok rumit.
Fitur Kenyamanan: Bukan Sekadar Kursi Empuk
Saat pertama duduk, saya langsung merasakan perbedaan isolasi kabin. Buick memakai material yang terasa lebih hangat dibanding plastik kaku di beberapa kompetitor. Kursinya empuk, ada ventilasi dan pemanas yang bisa diatur, dan untuk perjalanan jarak jauh, dukungan lumbar-nya membuat punggung nggak cepat lelah. Ada juga beberapa versi dengan fungsi pijat — tentu bukan spa, tapi cukup membantu saat kemacetan panjang.
Kenyamanan bukan cuma soal kursi. Pintu bagasi buka-tutup otomatis dengan sensor kaki jadi lifesaver ketika belanjaan numpuk. Lampu ambient yang lembut membuat suasana malam lebih cozy. Dan saya senang bahwa penyimpanan dalam kabin dirancang rapi: tempat botol, kompartemen bawah konsol, dan laci yang tingginya pas untuk power bank atau kabel charger.
Gimana Rasanya Ngegas dan Ngebelok? — Spoiler: Santai tapi Pede
Saat mengemudi, Buick memberi rasa percaya diri tanpa sok sporty. Suspensi lebih condong ke kenyamanan, jadi permukaan jalan yang kurang rata terasa disaring baik. Di tikungan cepat, body roll ada tapi masih terkontrol; mobil ini lebih cocok buat yang ingin berkendara santai dengan stabilitas yang meyakinkan, bukan buat yang cari sensasi laptime.
Respons mesin dan transmisi halus, perpindahan gigi terasa seamless, dan akselerasi dari lampu merah cukup responsif untuk kebutuhan sehari-hari. Remnya damai, pakem tapi tidak brutal, cocok buat pengguna yang ingin mengemudi dengan mudah tanpa harus sering tegang. Buat saya yang suka perjalanan panjang di akhir pekan, kombinasi ini pas: nyaman, tenang, aman.
Hal Kecil yang Kadang Berarti Banyak
Ada beberapa detail kecil yang bikin pengalaman lebih berkesan: kaca belakang yang anti-silau, jok dengan jahitan rapi, serta material di sebelah tangan yang lembut saat menyentuh. Namun, tidak semuanya sempurna — beberapa tombol di konsol terasa agak kecil untuk sarung tangan tebal, dan fitur tertentu cuma ada di varian atas, jadi harus cek spesifikasi kalau mau semua fasilitas lengkap.
Sebagai catatan praktis, jika kamu lagi cari dealer lokal atau cuma ingin lihat model yang tersedia, saya sempat cek koleksi online feigleybuick untuk referensi harga dan paket. Berguna kalau mau banding-bandingin sebelum test drive.
Kalau harus ringkas: Buick menawarkan paket nyaman dan teknologi yang relevan untuk kebanyakan pemilik mobil. Bukan mobil yang menuntut pengemudi jadi agresif, melainkan yang membiarkan perjalanan jadi tenang dan mudah dinikmati.
Di akhir pekan, saya menyerah pada godaan untuk menekan pedal sampai dalam-dalam — bukan karena mobilnya nggak bisa, tapi memang vibe Buick adalah soal kenyamanan dan kepuasan jangka panjang. Yah, begitulah: mobil ini cocok buat yang menghargai perjalanan tanpa drama, dengan sentuhan teknologi yang membuat hidup sehari-hari sedikit lebih gampang.