Seingat saya, pengalaman pertama dengan Buick bukan soal kecepatan, melainkan suasana. Pada hari cerah itu saya melangkah ke showroom yang tenang, lampu redup, dan bau kulit halus yang ramah. Mesin berdiri tenang seperti menunggu pertemuan penting. Kursi kulit berwarna cokelat muda menyambut saya dengan kenyamanan yang tidak sekadar nyaman di permukaan, melainkan mengajak kita bernapas panjang. Saya sempat menahan tawa karena reaksi beberapa teman ketika melihat saya duduk santai dengan posture telapak tangan di lengan kursi; seolah-olah saya baru mendapatkan kursi pesiar mewah. Namun yang bikin hati berdegup sedikit lebih cepat adalah ketika tombol start ditekan; kabin langsung mengirim kesan premium tanpa klik keras, dan headroom di atas kepala terasa lega. Itulah momen kecil yang membuat saya sadar bahwa Buick mencoba menyeimbangkan kemewahan dengan kepraktisan sehari-hari, bukan sekadar kemewahan untuk jadi status di kota besar.
Kesan Pertama: Desain yang Menenangkan dan Nyaman
Desain eksterior Buick terasa elegan tanpa berteriak. Garis-garisnya halus, proporsinya seimbang, dan daytime running light yang senyap namun tegas memberi karakter yang tidak usil. Di dalam, semua terasa rapih: material kulit, finishing, dan detailing trim yang tidak berisik. Kursi pengemudi dilengkapi memori posisi, jadi saya bisa menekan tombol satu kali untuk kembali ke posisi favorit tanpa perlu mengulang penyesuaian. Ketika saya mulai melaju, saya merasakan body stiffness yang cukup baik; tidak ada kegetan ketika melewati tikungan tajam, hanya kenyamanan yang membuat saya ingin mengemudi lebih lama. Suasana kabin juga sangat menyenangkan; ada sensor-sensor halus yang menurunkan kebisingan mesin dan angin, sehingga percakapan di belakang bisa berjalan tanpa perlu menaikkan volume radio secara drastis. Rasanya Buick ingin mengajak kita untuk berkendara sambil menuliskan daftar hal yang perlu kita syukuri, bukan sekadar mencapai tujuan dengan cepat. Suspensi mengikuti jalan dengan mulus, tidak ada guncangan besar meski jalan beraspal retak. Hal itu membuat perjalanan panjang terasa seperti menonton film di ruang keluarga, bukan menunggangi mobil SUV.
Apa yang Membuat Buick Berbeda di Era Teknologi Mobil Masa Kini?
Di era teknologi yang serba cepat, Buick tetap berjalan dengan percaya diri. Sistem infotainment terhubung mulus dengan Apple CarPlay dan Android Auto, layar sentuh responsif, dan antarmuka yang tidak bikin pusing meski baru pertama kali menyentuh mobil merek ini. Navigasi terintegrasi jelas terlihat di layar tengah, dan tombol-tombol fisik untuk volume, AC, serta mode berkendara memberikan sudut pandang praktis ketika kita fokus mengemudi. Layarnya juga menawarkan mode malam yang kontrasnya halus, sehingga mata tidak cepat lelah meski berkendara larut malam. Suara yang keluar dari paket audio Bose cukup mengejutkan—kualitas tinggi, detail, dan jelas tanpa perlu menaikkan volume terlalu keras. Active Noise Cancellation bekerja halus, menjadikan suara jalanan redup saat saya mengatur kecepatan autoprivasi, sehingga percakapan di kursi penumpang terdengar lebih natural. Fitur-fitur bantuan pengemudi seperti adaptive cruise control, lane keeping assist, dan sensor parkir 360 derajat tidak menggurui; mereka seperti teman yang mengingatkan, tetapi memberi saya kebebasan untuk merasakan ritme berkendara saya sendiri. Satu hal yang benar-benar terasa saat berkendara adalah betapa intuitifnya antarmuka Buick—seperti mobil yang sudah lama diajak jalan bersama sehingga kita tidak perlu membaca ulang buku panduan setiap hari.
Fitur Favorit yang Membuat Saya Tersenyum
Ada banyak hal kecil yang membuat saya tersenyum: ambient lighting dengan pilihan warna yang bisa dipilih sesuai mood, kursi pemanas untuk pagi yang dingin, serta sistem infotainment yang bisa menghapus kebingungan saat mencari playlist lama. Wireless charging membuat saya tidak lagi berdebat dengan kabel-kabel, dan kemampuan konektivitasnya membuat telefon masuk daftar keinginan tanpa kerepotan. Head-Up Display (HUD) memproyeksikan informasi penting di kaca depan sehingga saya tidak perlu menunduk untuk melihat kecepatan atau arah navigasi—praktis, elegan, dan sangat membantu saat berkendara di kota yang padat. Dan jika kamu ingin melihat varian dan paketnya, kamu bisa melihatnya di feigleybuick, sumber yang saya temukan saat menyisir opsi yang ada untuk dibawa pulang nanti. Laci konsol tengah juga menyimpan kacamata hitam, masker, dan tiket parkir dengan rapi, jadi tidak ada lagi keributan mencari barang kecil saat mengemudi pulang kerja.
Pelajaran Berkendara: Rasa Aman dan Tantangan Kecil
Akhirnya, pengalaman ini mengajari saya bahwa teknologi tidak menggantikan intuisi pengemudi, tetapi memperhalusnya. Buick menempatkan kenyamanan dan keamanan dalam menu yang mudah diakses, sehingga saya bisa lebih fokus menikmati perjalanan. Saat melewati jalan basah, fitur kendali jelajah adaptif menjaga jarak dengan tenang tanpa alarm berlebihan. Naik turun parkir metik yang sempit, sensor parkir memberikan alarm halus yang membuat jantung sedikit melonjak, tetapi tetap terasa aman. Suara mesin yang halus dan bunyi deru ban yang minim membuat saya merasa seperti sedang mengikuti ritme diri sendiri, bukan hanya mengikuti rambu-rambu jalan. Pada akhirnya, saya pulang dengan pandangan yang lebih jelas tentang apa yang sebenarnya saya cari dari sebuah mobil: kenyamanan, keandalan, dan kemampuan teknologi yang ramah pengemudi. Buick berhasil menyulap perjalanan sehari-hari menjadi pengalaman yang menenangkan tanpa kehilangan jiwa pengemudi yang ingin sedikit memanjakan diri.