Nyobain Buick: Teknologi Canggih, Fitur Nyaman, dan Sensasi Berkendara
Impresi pertama — tenang, mewah, dan tidak norak
Waktu pertama kali duduk di kursi pengemudi Buick, yang pertama terasa adalah kesunyian. Bukan sepi aneh, tapi tipe hening yang membuatmu sadar kalau ponsel di saku bergetar pun terasa lebih kasar dibanding suara kabin. Bau kulit baru, jahitan rapi di sandaran, dan tutup setir yang pas di tangan. Jujur, itu membuat sensasi berkendara terasa lebih premium meski mobilnya bukan yang paling mahal di jalan.
Saya ingat menutup pintu — bunyinya padat, bukan cuma “klik”. Hal kecil seperti itu bikin percaya diri. Dan ketika mulai melaju, suspensi meredam gundukan jalan dengan halus. Enaknya: tidak terlalu empuk sampai mobil terasa melayang, tapi cukup untuk membuat perjalanan panjang tidak melelahkan.
Teknologi yang bikin “wow” — lebih dari sekadar layar besar
Ada layar sentuh yang responsif, tentu. Tapi yang menarik adalah bagaimana semua teknologi itu disajikan untuk memudahkan, bukan sekadar pamer. Sistem infotainment mendukung Apple CarPlay dan Android Auto, koneksi Bluetooth cepat tersambung, dan adanya wireless charging itu menyelamatkan hari ketika baterai ponsel tinggal 10% di tengah perjalanan.
Saya juga sempat mencoba fitur bantuan pengemudi: adaptive cruise control yang halus menyesuaikan kecepatan, dan lane keep assist yang memberi sentuhan setir lembut kalau mulai melenceng. Bukan sistem penuh otonom, tapi cukup membantu di tol panjang. Buat yang penasaran fitur dan varian, dealer lokal punya informasi lengkap; saya pernah melihat beberapa unit di feigleybuick dan mereka ramah membantu jelasin perbedaannya.
Fitur kenyamanan — sampai detail kecil pun diperhatikan
Detail kecil sering kali bikin perbedaan. Di Buick yang saya coba, ada port USB cukup banyak untuk penumpang belakang, cup holder yang pas buat gelas kopi lokal (besar plus tutup), dan ambient lighting yang hangat — bukan lampu biru dingin yang sering bikin mata lelah. Kursinya mendukung punggung bawah dengan baik, plus pemanas dan ventilasi kursi yang ternyata berguna saat cuaca berubah-ubah.
Sunroof panoramic memberi rasa lapang, terutama ketika melintas hutan atau kota dengan deretan pohon. Oh ya, bagasinya juga cukup luas untuk koper ukuran sedang plus tas belanjaan, dan pintu bagasi elektrik dengan sensor kaki itu benar-benar memudahkan ketika kedua tangan penuh belanjaan.
Di balik kemudi: sensasi berkendara yang mengundang senyum
Ketika gas diinjak, respons mesin cukup spontan tanpa terasa kasar. Ada turbo lag ringan pada beberapa model, tapi umumnya akselerasinya linier dan enak buat menyalip di jalan raya. Stirnya komunikatif — tidak super berat, tapi memberi umpan balik yang cukup agar pengemudi merasa kontrol. Buat yang suka jalan santai dan jarak jauh, ini kombinasi yang nyaman.
Salah satu hal yang bikin saya suka adalah peredaman suara. Waktu melewati jalan ijo dengan kerikil, suara dari luar hampir tak masuk. Teknik ini disebut QuietTuning pada beberapa materi promosi Buick, dan terasa nyata. Berkendara jadi lebih rileks; percakapan di kabin tetap jelas tanpa harus selalu menaikkan volume radio.
Kesimpulan: cocok untuk siapa?
Buick bukan untuk orang yang ingin semua lampu strobo dan spesifikasi galak di kertas. Ini mobil untuk yang menghargai kenyamanan, material bagus, dan teknologi yang membuat hidup sehari-hari lebih mudah. Cocok untuk keluarga kecil, profesional yang sering melakukan perjalanan jauh, atau siapa saja yang ingin sensasi premium tanpa mesti menguras tabungan untuk merek supermewah.
Kalau kamu suka detail—seperti jahitan kursi, stabilitas di kecepatan tinggi, dan fitur bantuan pengemudi yang berguna—mencoba Buick di dealer adalah langkah bagus. Rasanya seperti naik kelas: bukan revolusi, tapi upgrade yang terasa di setiap kilometer.